DAY 26: A SONG THAT MAKES YOU WANT TO FALL IN LOVE

December 30, 2017

KarnaTra - Heroine

IMAGE SOURCE: twitter.com/noisecamp

Hampir mirip dengan challenge Day 14 lalu, lagu yang ingin dimainkan di hari pernikahan. Dan saya memikirkan apa bedanya itu dengan lagu yang membuat ingin jatuh cinta. "Ingin-jatuh-cinta", bukankah terlalu memaksakan? Kalau belum bisa jatuh cinta lalu bagaimana?

I'm not that type, semua yang ada di playlist tidak pernah saya folder-kan dengan judul "Love Song", "Our Playlist", "Lagu Pemberontakan", atau "Diary DepresiQu". Jadi hidup yang selama ini terasa lurus-lurus saja belum berani merambah ke tema-tema berbahaya.

Sudah bisa tertawa? Yaksip.

Terlalu klasik menjagokan "I Will"-nya The Beatles. Dan malu juga sepertinya, karena dulu pertama kali saya bertemu judul tersebut dari serial novel Lupus karya Hilman Hariwijaya. Kalau tidak salah, Lupus mempersembahkan lagu dari White Album itu untuk Prudence (pacarnya semasa SMP). Eh, Prudence atau Poppy, ya? Astaga, sepertinya saya perlu menggali lebih dalam lagi ingatan saya, hahaha.

Jadi, sebisa mungkin saya singkirkan kandidat-kandidat yang sudah ter-publish ke dalam cerita, baik di buku maupun film. Saya harus punya jagoan sendiri untuk dinyanyikan kepada orang tercinta, dong. Agak berat hati, karena banyak film yang titis melelehkan hati berkat right song on the right scene. Perlu bukti? "Hero" (dinyanyikan oleh David Bowie, di film The Perks of Being a Wallflower), "Ruby Tuesday" (Franco Battiato, Children of Men), dan "Come Here" (Kath Bloom, Before Sunrise).

Tak perlu menyebutkan terlalu banyak. Kombinasi tepat antara jalan cerita dan ilustrasi musikal tertuang melatari adegan yang sedang kita saksikan, walhasil akan mampu menyampaikan pesan dengan sempurna. Bukan hanya mengaduk-aduk perasaan, berkat lagu-lagu tersebut juga, kamu akan merasakan keberuntungan mempunyai kekasih yang masih berada di sampingmu.

Bagaimana jika sedang tidak beruntung? Menurut saya pribadi, lebih baik hindari mengonsumsi film-film yang rawan membuat baper, kalau istilah anak muda sekarang. Jika memang terpaksa, belilah guling paling empuk di supermarket terdekat.

Aye, Captain. Kembali ke topik awal. Lihat apa yang tergenggam di kedua tangan saya, masing-masing satu lagu untuk hari ini. Ada "Kau" milik Naif, dan "Heroine" dari KarnaTra. Lagu pertama mempunyai senjata lirik yang luar biasa cemen jika jatuh di tangan yang salah. Untungnya, David Naif mampu mengeksekusi dengan baik. Dan mungkin itu yang akan segera saya hafal sebagai kado setahun pacaran kelak. Masa iya, sebulan jadian sudah ada perayaan ala ABG?

Nah, berhubung jatuh cinta itu biasanya lebih susah dikendalikan di awal-awal hubungan, maka saya menyimpan lagu tadi dan berganti ke opsi kedua. Untuk penjelasan lebih lanjut, silakan simak lirik berikut daripada terlalu bertele-tele.

"Kusaksikan detik-detik keruntuhan lara yang menahanku, dan kusaksikan kau datang. Riang kau melangkah ringan tanpa beban, seakan baru saja dilahirkan. Kusaksikan kau datang.

Jatuh begitu keras. Kau terbitkan senyuman seperti heroin, setara heroin. Kusaksikan mendung terbelah, menyusup turunlah sinar terang. Jangan pulang, tinggallah menyaksikan tiba fajar."


Kurang sadis apa, coba? Gaya implisit tanpa harus mengumbar diksi murahan, tapi justru kemudian membenturkan ke dalam pengandaian yang tidak biasa. IMHO, bukan gombal saat menyampaikan maksud "kamu seperti heroin yang memabukkan dan adiktif," dengan struktur kata-kata yang logis. Tidak sulit pula kita jumpai picisan receh macam "aku tak bisa hidup tanpamu, blablabla". Dua-duanya mungkin menuju suatu maksud yang kurang lebih sama, di sini proses delivery-nya lah yang berbicara, siapa yang lebih berkelas.

Jadi, siapkah kamu saya nyanyikan "Heroine" selagu penuh? Tenang saja, chord-nya sudah saya kulik, kok.


You Might Also Like

0 comments