DAY 12: A SONG FROM YOUR PRETEEN YEARS

December 12, 2017

P-Project - Nasi Goreng Kambing

IMAGE SOURCE: shellshockimpact.blogspot.co.id
Sik sik, diluk … ini maksudnya lagu favorit pada masa kecil, atau lagu yang sudah beredar sejak kita masih ingusan dan baru mulai didengarkan ketika beranjak remaja/dewasa? Soalnya banyak karya jagoan yang bahkan rilisnya jauh sebelum saya lahir. Jadi, sepakati saja pilihan pertama agar lebih aman, ya.

Di masa kecil saya dulu, lagu parodi sejajar dengan lagu-lagu biasa yang (pastinya) lebih serius. Parodi pun bukan berarti nggak niat, ada sisi di mana kamu harus menemukan klimaks pada bagian tertentu akibat dipelesetkan jauh dari versi aslinya. Dua terbaik yang saya jumpai adalah P-Project dan Padhyangan 6. Mereka adalah bentukan Padhyangan, komunitas gabungan mahasiswa Padjadjaran dan Parahyangan yang membentuk kelompok kabaret berfokus ke arah komedi musikal.

Kedua grup tersebut mempunyai materi-materi segar pengocok perut, dan diterima oleh berbagai kalangan termasuk saya yang masih duduk di bangku SD. Dua album yang pernah saya miliki adalah Es Campur Utang (Padhyangan 6) dan Jilid 3 (P-Project), di dalamnya berisi parodi-parodi lagu terkenal dan beberapa judul buatan mereka sendiri.

Padhyangan 6 meledak karena menggabungkan jingle iklan bir, komposisi bernuansa India, Kung Fu, dan Sunda tradisional; serta pelesetan dari Evie Tamala, Spice Girls, Iis Sugianto, Lingua, Koes Plus, Spice Girls, hingga Kula Shaker, semua ter-mashed up ke dalam satu lagu!

Ada pula sepasang komposisi bertema ‘anak beredar’ yang mengadaptasi nuansa rhythm and blues meriah ala “Don’t You Just Know It” (milik Huey “Piano” Smith). Juga parodi dari nomor klasik Five Minutes, berjudul “Selamat Tinggal (Jaka Tarub)” yang mampu menghadirkan humor sekaligus perasaan haru.

Lain Padhyangan 6, lain pula P-Project....

Sementara itu, P-Project jauh lebih melambung, produktivitas berkaryanya berbuah 5 album dan sebuah acara komedi yang ditayangkan di stasiun televisi nasional. Daya jelajahnya sangat liar dengan memparodikan single-single internasional milik Led Zeppelin, Suede, 4 Non Blondes, Nirvana, dll.

Musisi nasional pun turut jadi korban, tanpa ampun mereka mengobrak-abrik lagu-lagu Andre Hehanussa, Dewi Yull, dan Ronny Sianturi. Pada masanya, siapa yang tak hafal dengan "Nasib Anak Kost", "Kop dan Headen", "Antrilah di Loket", atau "Lagunya Lagu Bola".

Puncaknya adalah “Widuri”, nomor legendaris ciptaan Slamet Adriyadi yang sukses melambungkan nama Bob Tutupoli. Notasinya diadaptasi dari komposisi tradisional “Sabilulungan” yang dipoles modern dalam irama techno di bawah komando Denny Chandra yang sama sekali tidak ada merdu-merdunya. Kacau, keren pisan ini mah!

Teknik bernyanyi yang minus justru menjadi kekuatan tersendiri bagi grup-grup parodi, termasuk P-Project. Alih-alih kerap membagi wilayah harmonisasi vokal laiknya boyband, suara sumbang para personil membuat output humor mereka semakin mengalir ke segala arah, kecret istilah Jawanya.

Tapi tidak hanya parodi saja yang ditawarkan, originalitas mereka tak kalah segar. Saya memfavoritkan “Nasi Goreng Kambing” sebagai salah satu memorable moment yang akan selalu manis dan menyenangkan.

"Nasi goreng daging kambing, acar bawang dan kerupuk udang, semuanya ada asal duitnya juga ada. Rasa lezat dijamin halal karena kambingnya kenal semua, ada yang tetangga dan ada yang masih saudara dengan yang punya, inilah dia.

Makan sekali dijamin kau minta (ngutang) lagi. Makanlah nasi goreng kambing, yang terbuat dari daging kambing, oleh para kambing, dan untuk dirimu wahai kambing."

Bagaimana, sudah tercerahkan dengan liriknya yang inspiratif, penuh motivasi, dan sarat akan pesan bijak? (3.8/5)

You Might Also Like

0 comments