DAY 11: A SONG THAT YOU NEVER GET TIRED OF

December 11, 2017

Manic Street Preachers - Life Becoming a Landslide

IMAGE SOURCE: fanpop.com
Ada hutang minggu lalu yang harus segera dilunasi, kebetulan juga sesuai dengan tema hari ini. Tidak perlu menominasikan banyak alternatif, saya kembali menjagokan Manic Street Preachers, band paling cerdas di muka bumi.

Terlepas dari ketidakpahaman terhadap dunia sastra, terutama puisi, saya tidak tahu harus memasukkan lirik-lirik mereka ke dalam kotak yang mana. Yang pasti, dari mereka saya menangkap kejujuran. Manics kerap menghadirkan ruang untuk merenungi keresahan demi keresahan. Ambil contoh, sepasang part “Life Becoming a Landslide” (album Gold Against the Soul, rilis Juni 1993) berikut.

"My idea of love comes from a childhood glimpse of pornography. Though there is no true love, just a finely tuned jealousy. Life becoming a landslide, ice freezing nature dead. Life becoming a landslide, I don’t wanna be a man."

Apakah itu sudah layak disebut puisi? Mohon bimbingannya, para pecinta dan praktisi sastra. Saya belum pernah menemukan kombinasi tepat antara balutan kata-kata dan megahnya musik rock, seepik diskografi band ini. But hey, kita masih di dalam konteks Manics era Richey Edwards, ya.

Sedikit catatan: anthem buatan mereka untuk timnas Wales di Euro 2016 kemarin levelnya jauh di bawah standar, walaupun point of view dengan cara me-mention nama-nama besar sepanjang sejarah sepakbola negara itu cukup memompa semangat nasionalisme.

Berbicara tentang Manic Street Preachers tidak akan lepas dari nama Richard James “Richey” Edwards. Dia akan selalu dikenang dalam rentetan karir band yang terbentuk sejak 1986 silam. Salah satu lyricist dan songwriter terbaik ini menghilang secara misterius pada 1995, hingga pada akhirnya dinyatakan meninggal 23 tahun kemudian. Good night, nos da….

Keteladanan lain yang patut kamu ketahui adalah, ketika Richey sedang diwawancari tentang kesungguhan serta komitmen untuk tetap ngeband pada jalur dan entitas yang selama ini digembar-gemborkan. Dia tidak menjawab dengan ucapan basa-basi, melainkan menulis “4 real” di punggung tangan kirinya menggunakan pisau.

Saya ulangi, pisau.

Luka tersebut tidaklah sesakit dan sepahit masa lalu yang dia hadapi. Semua tekanan yang menjadikan dirinya sebagai pribadi yang depresif, tertuang cantik—jika tidak boleh disebut miris—dan semakin menguatkan imej band yang kritis, politis, sekaligus intelek. Beruntunglah Richey dipertemukan dengan rekan-rekan yang menghargai arti persahabatan. Bersama-sama mereka menjadi satu highlight penting di skena musik Britania Raya 90-an.

Tak terbayangkan jika hari ini Richey masih bersama para kompatriotnya, pasti akan ada banyak sasaran empuk yang bisa diludahi. Tapi nasib berkata lain, kuartet tersebut harus mengalami masa transisi nan ekstrim. Untung saja mereka masih mampu meneruskan eksistensinya meski hanya menyisakan tiga personil. Kekosongan tersebut tak pernah diisi, angka “4″ akan selalu abadi.

Bahkan, pasca pernyataan resmi Richey meninggal dunia diputuskan secara hukum pada November 2008, lirik-lirik peninggalannya kembali dikumpulkan. Materi-materi itu kemudian dikulik dan direkam oleh James Dean-Bradfield (vokalis dan gitaris), Nicky Wire (bassis dan vokalis), serta Sean Moore (drummer). Maka jadilah album Journal for Plague Lovers, sebuah persembahan terbaik atas nama cinta dan ketulusan yang pernah ada.

Halo, penggemar Nirvana, mohon maaf jika band idolamu jadi terlihat cupu.

Kembali ke “Life Becoming a Landslide”, single ini saya nobatkan sebagai salah satu yang terbaik dari karya-karya Manics. Tak terhitung sudah berapa kali diputar, tidak ada rasa bosan sama sekali. Bersama lagu-lagu lain di album kedua, kegarangan mereka benar-benar keluar sempurna dan lebih natural, tak lagi terpatri obsesi memadukan Sex Pistols dan Guns N’ Roses seperti halnya album debut.

Gold Against the Soul juga memiliki arti tersendiri. Pada posisi yang sama dengan sayatan Richey tadi, saya mengabadikan gambar sampul album tersebut sebagai rajah perdana di tubuh. (4.8/5)


You Might Also Like

0 comments