DAY 20: A SONG THAT HAS MANY MEANINGS TO YOU

December 21, 2017

Beady Eye - The Beat Goes On

IMAGE SOURCE: attherockshow.com

Satu lagu multitafsir, begitu maksudnya? Hmmm, dapat dipastikan butuh waktu untuk mengingat-ingat kembali. Dan saking banyaknya lagu yang saya dengar tanpa mendalami liriknya satu persatu, saya menyerah saja, deh.

Kamu tahu "Asereje (The Ketchup Song)"? Itu lho, single trio asal Spanyol, Las Ketchup. Saat saya masih SMP, lagu ini booming di mana-mana, 11-12 dengan "Despacito" lah. Didukung irama catchy, lirik berbahasa Spanyol malah membuat lidah-lidah asing seperti kita tertantang untuk melafalkan bait demi bait. Plus tarian pada reff yang mudah ditirukan. Perpaduan sempurna bagi ibu-ibu senam kompleks yang kekurangan materi.

Saya masih ingat betul, "Asereje" pernah dibahas khusus di acara infotainment selama satu jam penuh. Parahnya lagi, host yang kini juga merambah dunia stand up comedy dan bintang iklan bisnis properti, dengan berapi-api mengupas mitos, konon lagu tersebut mempunyai pesan tersembunyi. "Asereje" was a satanic song!

Nah, bagi penyuka teori konspirasi, ada baiknya menyimak beberapa lagu bertafsir ganda. Dan kebanyakan sih menjurus ke topik pagan dan freemasonry. Bahkan di Youtube ada video yang membeberkan fakta mengejutkan bila lagu diputar secara terbalik (backmasking). Untuk lebih jelasnya, silakan browsing, dan pastikan terlebih dahulu stok camilanmu mencukupi.

Pintar berputar-putar, ya. Hahaha, sungguh saya menghabiskan hampir tiga jam tanpa hasil sebiji pun lagu yang tepat, dan memulai paragraf ini. Intermezzo yang teramat tidak penting. Jangan-jangan kamu menganggap serius saya memfavoritkannya. Damai bersamamu, sayangku.

Saya percaya semua musisi/band tidak pernah terpikir untuk memproduksi karya dengan lebih dari satu makna. Membebaskan penggemar mengintepretasikan sendiri, iya. Tapi tidak dengan memberi target lagu "A" atau album "B" harus memberi ruang pada sekian tafsir sekaligus. Jikapun ada, itu berarti ada dua kemungkinan: visi bermusik sang musisi yang memang beyond genius, atau ketertarikan pendengar mulai menuju ke taraf fanatik.

Hanya beberapa musisi hebat terlahir di dunia, salah satunya adalah Liam Gallagher. Berbeda dengan pendapat banyak orang yang menganggap kakaknya, Noel Gallagher, lebih baik. Bagi saya, Liam tetaplah contoh dari kemasan komplit seorang rock star. Baik bersama band atau bersolo karir; tak ada karakter yang berubah atau hilang dari dirinya.

Dulu saya sempat meragukan kemampuan songwriting-nya hingga Oasis bubar, dia membentuk Beady Eye dan membuktikan pada dunia. Bahkan ketika dua band tersebut menemui nasib sama, Liam tetap melaju. Album solo pertamanya, As You Were, terdapuk ke dalam nominasi album terbaik 2017 versi majalah NME.

Masterpiece seorang Liam Gallagher terletak pada "The Beat Goes On", satu nomor di Different Gear, Still Speeding, album debut Beady Eye. Baik segi komposisi, lirik, output sound, hingga video klip yang memvisualkan kebesaran personanya, hampir tidak ada cacat di sana. Yang ada hanya momen-momen merinding detik demi detik.

Menurut beberapa sumber, "The Beat Goes On" bercerita tentang kesiapan menghadapi kematian, serta mempertanyakan kenangan yang akan ditinggalkan semasa hidup. Mungkin ada kekuatiran di satu sisi, apakah sang superstar lantas dilupakan. Silakan baca sekali lagi bait pertamanya.

"Thought that I died today, walked off the stage. Faded away into the clouds to the gig in the sky. And when I arrived, the angels were singing a song. Yeah you know the one, are you singing along?"


Tapi ada juga kepercayaan diri yang dia tebar dengan sepasang bait berisikan kalimat yang manisnya melebihi permen cokelat diolesi selai madu.

"Thought I'd know just what to do, that it'd be how I wanted it to be of so new. But counting me in, I had to give in. Make the thunder and lightning sing. In the eye of the storm there's no right and no wrong.


So long, so long. Someday all the world will sing my song. Still life remains, somewhere in my heart the beat goes on."


Tidak tahu lagi, apakah ini ajakan untuk tetap berpegang teguh pada hal yang kita percaya. Atau perwujudan paling indah dari proses berserah diri. Kombinasi rasa cemas, pandangan realistis, keangkuhan, kebahagiaan, dan keyakinan sekaligus. Motivasi bagi siapapun yang mendengar 4 menit 44 detik nan epik dari frontman pelit senyum yang selalu alergi memegang microphone di atas panggung.

Setidaknya saya lebih tertarik menyelesaikan tulisan ini, tanpa tekanan untuk mencari-cari arti tersembunyi ketika "The Beat Goes On" diputar terbalik. Atau sok-sokan menggunakan cocoklogi saat menerjemahkan rasa kebahagiaan karenanya. FYI, sayang sekali video klip resminya sudah di-takedown dari Youtube tanpa alasan jelas.


You Might Also Like

0 comments