IMAGE SOURCE: punknews.org |
Within
Indian religions, moksha or mukti, literally "release" (both from a
root muc "to let loose, let go"), is the liberation from samsara and the concomitant suffering involved in being subject to the cycle of repeated death and reincarnation or rebirth.
***
Begitulah penjelasan Wikipedia tentang arti "moksha" (Indonesia: moksa). Bertambah satu lagi perbendaharaan vocab hasil dari blogwalking. Selain untuk mencari ilmu baru secara random, ternyata kegiatan ini lumayan ampuh untuk menghilangkan penat setelah menuntaskan momok bernama deadline.
Rasa penasaran akan moksa tadi berasal dari sebuah laman yang membahas single
milik band bernama Caspian. Berhubung suasana malam itu cukup tenang,
maka tidak ada salahnya mencoba mendengarkannya sambil meneruskan
membaca. Apa hasilnya? Saya jatuh cinta seketika.
Six-piece
asal Massachusetts yang dibentuk tahun 2004 ini memainkan musik-musik
instrumental post-rock, post-metal dan ambient. Mereka pernah menjadi
band pembuka dedengkot post-rock asal Jepang, Mono. Setidaknya ada empat
album penuh dan enam rilisan lainnya dalam bentuk EP, split EP dan live album. Satu rekomendasi dari saya: The Four Trees, album debut yang kejam!
IMAGE SOURCE: consequenceofsound.net |
Dalam
proses pembuatan sebuah album musik perlu adanya treatment khusus dalam
menyusun urutan lagu. Hal inilah yang berfungsi membentuk dinamika
keseluruhan isi LP (long play) yang dibangun track-by-track. Pasti kamu pernah merasa bosan saat mendengar satu album penuh yang
sebenarnya punya banyak materi bagus.
Bisa jadi dikarenakan mood dari setiap track yang terkesan sama akan membuatmu ingin skip setelah menyimak 3-4 lagu. Ataupun sebaliknya, saat lagu slow dan lagu upbeat diselang-seling begitu saja tanpa mengindahkan jeda. Rasanya njomplang, karena tidak ada pengantar untuk berpindah ke judul berikutnya.
The Four Tress mengerti betul kapan memberi
waktu untuk berkenalan dengan intro, kapan memberi tekanan, dan kapan
memberi time-out bagi pendengarnya bernafas. Di saat yang
bersamaan, mereka bisa sewaktu-waktu membanting semuanya dengan dentuman
distorsi yang mengejutkan.
IMAGE SOURCE:indiecurrent.com |
“Moksha”
adalah gambaran dari sembilan menit yang naik-turun. Mengingatkan kita
akan gelombang kehidupan yang tenang, bergejolak, hingga berakhir secara
perlahan. Menjelang outtro mereka menaikkan tempo dan
menggeber overdrive, menghidupkan kembali jasad yang
sempat mati. Memuncak dan terus menderu, sebelum ditutup dengan
pelepasan yang kembali sejuk seperti awalnya. Satu
nomor favorit saya di album ini.
Berlanjut
dengan “Some are White
Light” dan “Sea Lawn” yang didominasi oleh nuansa cerah. Cukup nyaman
jika didengarkan sambil menyeduh kopi atau teh hangat.
Tapi awas, selanjutnya kamu akan dijatuhkan tanpa ampun oleh
“Crawlspace” dan “Book Nine”. Berturut-turut hingga tak terasa kita
sampai pada track penutup, “Reprise”. Suguhan komposisi instrumen
berlapis-lapis ini sungguh menenggelamkan kita di dalamnya. Brilian.
Lalu bagaimana dengan album-album Caspian lainnya? Sama menariknya sih, hanya saja first impression
saya sudah terlanjur jatuh pada The Four Trees. Silakan didengarkan saja rilisan mereka lainnya. Akan lebih baik apabila kamu bisa menemukan malam yang tenang agar sensasinya lebih maksimal.