SATURN RETURN - SEMARANG PSYCHEDELIC INDIE ROCK

July 01, 2019


Semarang hari ini dipenuhi oleh band-band nggliyut yang seru untuk dinikmati. Jika kamu punya 100% tenaga untuk nge-gigs, bisa dipastikan 1/4 sisanya masih cukup untuk menikmati perjalanan pulang. Kecuali memang niat awalmu ingin habis-habisan berkeringat di tengah crowd sejak awal acara.

***

Sebelum bercerita tentang band keren ini, izinkan saya mengenang masa-masa remaja dengan salah satu personelnya, Zaenun Nasihyang hingga hari ini tidak pernah saya panggil menggunakan nama depan, belakang, atau secuilpun suku dari katanya. Dulu saya memanggilnya "Jack" dan sekarang "Kak". Se-bromance itu.

Kami berkarib sejak kelas 1 SMK dan selalu dalam satu band, bahkan masih sempat berlanjut setelah lulus hingga Zaenun kuliah. Berbagai panggung mulai dari festival band pelajar hingga gigs kolektif di Jakarta pada awal 2010-an pernah kami ramaikan. Bosan meng-cover ini-itu, band kami sempat mencoba mengulik materi sendiri, namun ending-nya macet tidak jelas di tengah jalan.

Walau kini kami melanjutkan dengan kendaraan baru masing-masing, saya cukup paham bagaimana diehard Melly Goeslaw ini mendapati diri di permainan gitarnya. Dan sudah selayaknya dia menjadi seorang gitaris di dalam sebuah band yang serius.

Saturn Return inilah yang saya maksud.

***

Saturn Return adalah band psychedelic indie rock dari Semarang yang terbentuk pada 2017. Mereka adalah Zaenun Nasih (gitar, vokal), Aji Rochmanto (gitar), Govarriko Fauzi (synthesizer), Wahyu Bagus Cahya (bass), dan Rifqy Zulhilmi (drum).

Saturn Return merupakan ritus perjalanan seseorang manusia di bumi yang menyebabkan semacam kecemasan eksistensial pada usia akhir 20-an dan pubertas kedua. Segala sesuatu yang terjadi yang kita temui dan alami pada fase tersebut yang mengilhami kita dalam berkarya. Beberapa karya menyuarakan perihal ketidakpastian, kenyataan di era postmodern, hingga gangguan psikis yang lebih bersifat personal.

Single "27" baru saja dirilis melalui kanal musik digital (Spotify, iTunes, Apple Music, Deezer dll.). Lagu ini bercerita tentang pergulatan batin seorang anak muda di usianya yang ke-27, dalam menentukan jalan hidup. Keresahan tentang bagaimana idealisme dibenturkan dengan realita. Kontemplasi tentang apa yang sejatinya dicari, serta kebingungan yang bermuara pada perasaan bahwa seakan-akan hidupnya sedang berada pada fase titik terendah.



Begitulah keterangan press release mereka, yang mampir di inbox email saya minggu lalu. Memang agak formal kalau kamu hanya membaca, tanpa menelusuri lagunya part demi part. Di "27" ini, Saturn Return cukup lihai mengkonstruksikan mood mengawang ala Tame Impala sedari intro. Perlahan naik hingga bertemu vokalyang di beberapa titik akan terasa senyaman liukan notasi-notasi Dewa Budjana dalam dosis rendah.

"Erat tergenggam butir mimpinya. Asa, naif, bertukar peran pencarian. Hitam padam remang abu menderu. Rapikan repih di sela jari-jemarimu. Tak kunjung reda hujan anginnya. Coba akhiri derap langkah, menepilah."

Saya rasa pilihan diksi-diksi di atas adalah lafaz pelengkap yang memaknai lagu ini tidak sesimpel first impression kala pertama mendengarkan, bukan lirik. Selebihnya adalah bebunyian khas aliran yang... sudahlah, jangan dinilai. Nikmati saja.

Sebenarnya masih ada tiga nomor lagi yang sudah direkam dan dimainkan ketika live. Satu-satunya kesempatanmu adalah, apalagi kalau bukan menyaksikan penampilan mereka secara langsung. Tinjau update jadwal terbaru di akun Instagramnya sekarang, dan bersiaplah untuk nggliyut!





You Might Also Like

0 comments