CASPIAN - THE FOUR TREES (Album Review)

November 28, 2017

IMAGE SOURCE: punknews.org
 Within Indian religions, moksha or mukti, literally "release" (both from a root muc "to let loose, let go"), is the liberation from samsara and the concomitant suffering involved in being subject to the cycle of repeated death and reincarnation or rebirth.

*** 

Begitulah penjelasan Wikipedia tentang arti "moksha" (Indonesia: moksa). Bertambah satu lagi perbendaharaan vocab hasil dari blogwalking. Selain untuk mencari ilmu baru secara random, ternyata kegiatan ini lumayan ampuh untuk menghilangkan penat setelah menuntaskan momok bernama deadline.

Rasa penasaran akan moksa tadi berasal dari sebuah laman yang membahas single milik band bernama Caspian. Berhubung suasana malam itu cukup tenang, maka tidak ada salahnya mencoba mendengarkannya sambil meneruskan membaca. Apa hasilnya? Saya jatuh cinta seketika. 

Six-piece asal Massachusetts yang dibentuk tahun 2004 ini memainkan musik-musik instrumental post-rock, post-metal dan ambient. Mereka pernah menjadi band pembuka dedengkot post-rock asal Jepang, Mono. Setidaknya ada empat album penuh dan enam rilisan lainnya dalam bentuk EP, split EP dan live album. Satu rekomendasi dari saya: The Four Trees, album debut yang kejam!

IMAGE SOURCE: consequenceofsound.net
Dalam proses pembuatan sebuah album musik perlu adanya treatment khusus dalam menyusun urutan lagu. Hal inilah yang berfungsi membentuk dinamika keseluruhan isi LP (long play) yang dibangun track-by-track. Pasti kamu pernah merasa bosan saat mendengar satu album penuh yang sebenarnya punya banyak materi bagus.

Bisa jadi dikarenakan mood dari setiap track yang terkesan sama akan membuatmu ingin skip setelah menyimak 3-4 lagu. Ataupun sebaliknya, saat lagu slow dan lagu upbeat diselang-seling begitu saja tanpa mengindahkan jeda. Rasanya njomplang, karena tidak ada pengantar untuk berpindah ke judul berikutnya.

The Four Tress mengerti betul kapan memberi waktu untuk berkenalan dengan intro, kapan memberi tekanan, dan kapan memberi time-out bagi pendengarnya bernafas. Di saat yang bersamaan, mereka bisa sewaktu-waktu membanting semuanya dengan dentuman distorsi yang mengejutkan.
IMAGE SOURCE:indiecurrent.com
“Moksha” adalah gambaran dari sembilan menit yang naik-turun. Mengingatkan kita akan gelombang kehidupan yang tenang, bergejolak, hingga berakhir secara perlahan. Menjelang outtro mereka menaikkan tempo dan menggeber overdrive, menghidupkan kembali jasad yang sempat mati. Memuncak dan terus menderu, sebelum ditutup dengan pelepasan yang kembali sejuk seperti awalnya. Satu nomor favorit saya di album ini.

Berlanjut dengan “Some are White Light” dan “Sea Lawn” yang didominasi oleh nuansa cerah. Cukup nyaman jika didengarkan sambil menyeduh kopi atau teh hangat. Tapi awas, selanjutnya kamu akan dijatuhkan tanpa ampun oleh “Crawlspace” dan “Book Nine”. Berturut-turut hingga tak terasa kita sampai pada track penutup, “Reprise”. Suguhan komposisi instrumen berlapis-lapis ini sungguh menenggelamkan kita di dalamnya. Brilian.

Lalu bagaimana dengan album-album Caspian lainnya? Sama menariknya sih, hanya saja first impression saya sudah terlanjur jatuh pada The Four Trees. Silakan didengarkan saja rilisan mereka lainnya. Akan lebih baik apabila kamu bisa menemukan malam yang tenang agar sensasinya lebih maksimal. 



(Review ini saya tulis tahun 2012 dan pernah dimuat di sini sebelumnya)

You Might Also Like

0 comments